BEBERAPA bulan lalu, oleh sebuah rumah produksi, pesinetron Eza Gionino dan Ardina Rasti dipasangkan dalam FTV Pacar Extra Berondong. Dari situ, benih-benih cinta mulai muncul di antara mereka.
“Kenalnya,
tiga tahun lalu, kami pernah foto cover sebuah majalah. Setelah tiga
tahun, ternyata ketemu lagi pas syuting FTV,” cerita Eza saat berkunjung
ke kantor Bintang pekan lalu.
Rasti yang berada di sampingnya kemudian memandangi Eza. Seolah mengingat kembali momen tiga tahun lalu.
“Yang pasti dia sudah berubah banget. Tiga tahun lalu pun ketemu ngobrolnya enggak banyak,” ucap Rasti.
Sepertinya
mereka sama-sama tahu diri untuk tidak bertanya kenapa dipertemukan
kembali. Mungkin takdir, mungkin juga kebetulan. Hari-hari berikutnya
terasa istimewa. Di depan kamera, chemistrymereka kuat sekali. Begitu pula saat rehat syuting. Bagian dalam hati Rasti bergetar.
“Enggak
tahu kenapa dari hari pertama ketemu itu bisa nyambung banget. Baik
pas akting dan break. Dan, enggak nyangka chemistry-nya dapat banget,”
Rasti menceritakan dengan berbunga-bunga.
Eza tersenyum seraya menimpali omongan Rasti.
“Aku
juga belum pernah merasakan kayak gitu sebelum nya. Syuting kan
biasanya enggak enak-enggak enakan. Tapi sama dia, malu enggak ada,
take-nya enak banget. Beda deh! Kalau tiga tahun lalu kan enggak bisa
ngobrol banyak karena dia ada yang punya, hahaha,” kata cowok kelahiran
Samarinda, 10 May 1990 ini. Rasti langsung menoleh kepada Eza.
Kira-kira
tiga bulan lamanya Eza pedekate kepada Rasti. Sebagai cewek yang
mandiri dan punya prinsip kuat dalam hidupnya, Rasti tergolong agak
sulit ditaklukkan.
“Dia
mandiri, apa-apa bisa sendiri. Misalnya, aku tawari untuk antar
syuting, pasti dia bisa berangkat sendiri. Nyetir mobil segede itu.
Jadi, agak susahlah dekati dia,” sambung Eza.
Kelihatannya
Rasti memang menikmati sekali kesendiriannya sejak tali cintanya
dengan Lucky Wija putus tahun lalu. Tapi sebenarnya tidak juga. Dalam
hati kecilnya ia butuh seorang pendamping yang bukan hanya menya yangi
dan mengerti, tapi juga bisa meng ambil hatinya.
Yakin dengan perasaannya, Eza terus maju. Ia tak pernah lelah memberikan perhatian, sekecil apa pun kepada Rasti.
Alhasil, perasaan Eza yang ta di nya campur aduk langsung hilang begitu Rasti memberikan kepastian.
“Kami resmi jadian tanggal 24 Agustus 2010. Masih baru banget, kan?” Rasti mengingat hari itu sebagai hari istimewanya.
“Aku
enggak pernah minta dia jadi pacar aku. Tapi kelihatan dari caraku.
Dia juga pasti merasalah aku suka dia,” sambung Eza yang mengawali
karier lewat ajang Coverboy sebuah majalah remaja.
Lalu, apa alasan Rasti menerima Eza? Pastinya sih karena keren. Cuma itu bukan satu-satunya.
“Aku
enggak nyangka Eza ternyata dewasa banget. Apalagi di usianya
sekarang. Soalnya banyak banget yang bilang, apa aku yakin pacaran sama
cowok yang lebih muda. Bisa jadi dia manja. Ternyata dia jauh lebih
dewasa, dan aku berasa kayak lebih anak-anak,” jelas pelantun lagu Kangendan Cuma Coba-Coba itu.
Dari
nada suara Rasti yang serius, Eza tahu apa yang ia katakan penting
baginya. Tapi Eza sama sekali tidak besar kepala. Menurut Eza, perhatian
yang ia berikan masih dalam batas wajar. Tidak berlebihan.
Rasti kemudian meneruskan bicaranya.
“Banyak
sikap dewasa dari dia. Mulai dari menyikapi tanggung jawab ke diri
sendiri dan keluarga, sampai detail-detail dia perhatikan. Itu ternyata
di atas seumurannya, sampai caranya memperhatikan aku, itu pas.
Seperti yang aku butuhkan. Aku kan cuek orangnya sama diri sendiri. Baru lihat sendiri kalau kedewasaan itu tidak diukur dari umur," seru Rasti.
Baru
satu bulan pacaran, banyak perubahan positif yang diberikan satu sama
lain. Eza, misalnya, menasihati Rasti untuk jadi orang yang tidak
kelewat cuek.
“Aku
kan kalau makan berantakan, enggak jaga kesehatan, dan dia selalu
serius mengingatkan. Enggak selewatan saja. Aku senang diingatkan
begitu,” ungkap Rasti dengan senyum lebar.
Eza yang merasa sudah dewasa, jadi makin dewasa lagi dengan adanya Rasti.
“Ibaratnya,
tujuan hidup lebih mantap lagi. Mungkin aku berkaca dari kehidupan dia
juga.” Dengan kesibuk an masing-masing, keduanya selalu menyempatkan
waktu untuk bertemu. Penting buat mereka, agar tidak kekurangan kasih
sayang dan perhatian.
“Pekerjaan
kami sama, jadi bisa lebih ngerti. Untungnya kami berdua sangat suka
telepon-teleponan. Enggak cuma BBM atau SMS,” tandas Rasti.
“Kalau
dia syuting pagi, aku siang, paginya aku bisa main ke lokasi syuting
dia dulu. Baru berangkat pas jam calling,” Eza menambahkan.
Ok, deh. Selamat, semoga akur-akur aja ya.
0 komentar:
Posting Komentar